logo Kompas.id
›
Riset›Politik Ulama Berhadapan...
Iklan

Politik Ulama Berhadapan dengan Kekuasaan (1)

Oleh
Sultani
· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/8nrZ5NrActGoIbxgz2q6bEFBBSQ=/1024x768/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2018%2F08%2FE90A09B4-0083-42A0-8AFF-70930363F7E8.jpeg
KRISTIAN OKA PRASETYADI UNTUK KOMPAS

Pasangan capres-cawapres Pemilu 2019, Joko Widodo dan Ma’ruf Amin, tiba di RSPAD Gatot Subroto, Minggu (12/8/2018), sekitar pukul 08.00 WIB. Penunjukan KH Ma’ruf Amin sebagai cawapres pendamping Jokowi mengejutkan banyak pihak, termasuk pendukung Prof Mahfud MD yang sebelumnya santer disebut-sebut akan menjadi pendamping Jokowi pada Pemilu Presiden 2019.

Penunjukan Kiai Haji Ma’ruf Amien sebagai calon wakil presiden pendamping Joko Widodo pada 9 Agustus lalu benar-benar di luar dugaan. Selain mengejutkan, pilihan ini juga memicu pertanyaan: mengapa pilihan cawapres sampai jatuh kepada sosok ulama, bukan tokoh atau pemimpin Islam non-ulama?

Megawati Soekarnoputri beserta delapan petinggi partai politik koalisi pengusung capres Joko Widodo sudah pasti ingin menunjukkan sikap politik yang akomodatif terhadap umat Islam melalui penunjukan Ma’ruf Amien. Pilihan ini juga sekaligus ingin menetralkan tuduhan terhadap kebijakan-kebijakan pemerintah sekarang yang dianggap kurang memihak kepada umat Islam dan cenderung mendiskreditkan (kriminalisasi) ulama.

Editor:
Bagikan