OBITUARI
Hamzah Haz, Mempertahankan PPP di Masa Krusial Pascareformasi
Kepergian Hamzah Haz menjadi kehilangan besar bagi PPP. Seperti apa kiprahnya saat masih memimpin PPP?
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2024%2F07%2F24%2F1e387b85-71c6-41d6-a7b2-b178d87efb95_jpg.jpg)
Wakil Presiden Hamzah Haz berjalan menyusuri emper Bangsal Kencono didamping Sultan Hamengku Buwono X seusai bertandang ke Gedong Jene untuk menyampaikan selamat atas pernikahan putri Sultan, GKR Pembayun, dengan KPH Wironegoro, Rabu (29/5/2002).
Meski sudah sejak 1971 berkontribusi bagi Partai Persatuan Pembangunan (kala itu masih bernama Partai Nahdlatul Ulama), Hamzah Haz tidak pernah berambisi memimpin partai tersebut. Namun, dukungan yang kuat dari kader dan pengurus PPP membuatnya tak ada pilihan lain. Ia pun tercatat dalam sejarah sebagai figur yang mampu mempertahankan PPP di masa krusial pascareformasi.
Dikutip dari buku Hamzah Haz, Konsistensi dan Integritas Perjuangan di Bawah Panji-panji Ka’bah, kesempatan Hamzah menakhodai PPP sebenarnya sudah terbuka saat Muktamar III PPP pada 1994. Namanya disebut-sebut sebagai salah satu kandidat kuat, tetapi Hamzah memutuskan untuk tak terlalu menunjukkan kengototannya maju dalam pencalonan. ”Saya memang tidak berambisi menjadi Ketua Umum DPP PPP sehingga saya tidak mempersiapkan diri walaupun sebenarnya banyak disebut-sebut orang,” ujarnya kala itu.
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi di halaman 4 dengan judul "Hamzah Haz, Mempertahankan PPP di Masa Krusial Pascareformasi".
Baca Epaper Kompas