logo Kompas.id
›
Politik & Hukum›Kisah Panglima Jamaah...
Iklan

Kisah Panglima Jamaah Islamiyah Menolak Tawaran 6.000 Mujahidin dari Osama bin Laden (2)

Indonesia merupakan negeri yang juga didirikan oleh para ulama. Generasi penerus mesti mengisi kemerdekaannya.

Oleh
IQBAL BASYARI
· 1 menit baca
File foto 7 Oktober 2001, Osama bin Laden (kiri) dan Ayman al-Zawahri terlihat di lokasi yang dirahasiakan dalam siaran televisi. Seminggu setelah kematian Osama bin Laden, Ayman al-Zawahri dianggap sebagai yang terdepan untuk menggantikan pendiri al-Qaida yang ikonik tersebut.
AP PHOTO/AL-JAZEERA

File foto 7 Oktober 2001, Osama bin Laden (kiri) dan Ayman al-Zawahri terlihat di lokasi yang dirahasiakan dalam siaran televisi. Seminggu setelah kematian Osama bin Laden, Ayman al-Zawahri dianggap sebagai yang terdepan untuk menggantikan pendiri al-Qaida yang ikonik tersebut.

Sebelum membubarkan diri, keberadaan Jamaah Islamiyah—akibat keterkaitannya dengan Al Qaeda—tak dapat dilepaskan dari narasi kekerasan dan teror. Bahkan, Indonesia pernah ditargetkan dan terancam menjadi arena jihad saat ada penawaran ribuan mujahidin dari pendiri Al Qaeda, Osama bin Laden. Namun, kala itu panglima Jamaah Islamiyah di Indonesia memutuskan untuk menolak tawaran tersebut sehingga negeri ini batal menjadi medan perang.

Saat ditemui Kompas di Sukoharjo, Jawa Tengah, Rabu (17/7/2024), mantan Ketua Mantiki II Jamaah Islamiyah (JI) Abu Fatih menceritakan bahwa JI pernah ditawari 6.000 mujahidin atau tentara oleh pendiri Al Qaeda, Osama bin Laden. Ribuan tentara itu merupakan bantuan dari Al Qaeda untuk melahirkan jihad di Indonesia.

Editor:
CYPRIANUS ANTO SAPTOWALYONO
Bagikan