logo Kompas.id
β€Ί
Politik & Hukumβ€ΊBandul Keseimbangan Baru...
Iklan

Bandul Keseimbangan Baru Politik

Dalam persaingan politik DKI Jakarta, penguasaan parpol berideologi ataupun berbasis massa Islam cenderung susut. Tanpa gebrakan signifikan menampilkan kekuatan tokoh, sulit menantang dominasi partai-partai nasionalis.

Oleh
Bestian Nainggolan, Litbang Kompas
Β· 1 menit baca
Tenaga kerja lepas menyelesaikan penyortiran dan pelipatan surat suara untuk pemilihan presiden pada Pemilu 2019 di Kantor KPU Jakarta Barat, Senin (18/2/2019).
KOMPAS/RADITYA HELABUMI

Tenaga kerja lepas menyelesaikan penyortiran dan pelipatan surat suara untuk pemilihan presiden pada Pemilu 2019 di Kantor KPU Jakarta Barat, Senin (18/2/2019).

Arena persaingan politik di DKI Jakarta menjadi saksi bagaimana partai politik bernuansa keislaman tidak dapat dipandang sebelah mata sepak terjang politiknya. Partai keislaman yang sudah berurat berakar sejak awal sejarah kepartaian di negeri ini, ataupun partai-partai keislaman yang baru saja terbentuk semenjak era Reformasi, terbukti mampu berjaya di tengah kepungan partai-partai beraliran nasionalis kebangsaan.

Terbilang fenomenal apa yang terjadi pada ajang pemilu era Reformasi tatkala arus kebebasan politik bergelora di negeri ini. Dari 48 partai politik yang berlaga di Pemilu 1999, misalnya, sedikitnya tercatat 17 partai politik bernuansa keislaman, yakni partai yang secara tegas menyatakan berideologi Islam dan partai yang mengandalkan dukungan massa Islam. Dengan jumlah itu, 36,7 persen suara pemilih nasional berhasil dikuasai.

Editor:
ANTONY LEE
Bagikan