logo Kompas.id
›
Politik & Hukum›Menyambung Tradisi Soekarno di...
Iklan

Menyambung Tradisi Soekarno di Kesultanan Tidore

Pemberian gelar adat kemudian menjadi bagian dari politik perhatian untuk mendapatkan kepercayaan dan legitimasi. Relasi erat dengan pusat juga dibutuhkan masyarakat adat yang dalam sejarahnya sering kali terpinggirkan.

Oleh
MAWAR KUSUMA WULAN, NINA SUSILO
· 0 menit baca
Menuju Pulau Tidore dari Ternate, Wakil Presiden Ma’ruf Amin berlayar menggunakan Kapal Perang Republik Indonesia atau KRI Dorang-874 pada Kamis (11/5/2023) pagi,
BPMI SETWAPRES

Menuju Pulau Tidore dari Ternate, Wakil Presiden Ma’ruf Amin berlayar menggunakan Kapal Perang Republik Indonesia atau KRI Dorang-874 pada Kamis (11/5/2023) pagi,

Menuju Pulau Tidore, Maluku Utara, Wakil Presiden Ma’ruf Amin didampingi Ibu Wury Ma’ruf Amin berlayar menggunakan Kapal Perang Republik Indonesia atau KRI Dorang-874. Kunjungan ke pulau nun jauh dari Ibu Kota Jakarta ini sekaligus menjadi penyambung tradisi merawat kebinekaan yang terbina dari era Presiden Soekarno. Wujud menjaga akar keeratan hubungan kepala pemerintahan terhadap elite lokal di daerah nun jauh dari pusat pemerintahan RI.

Pada Kamis (11/5/2023) pagi, Wapres Amin bertolak dari Pelabuhan Ahmad Yani Ternate, Maluku Utara, menuju Tidore dengan KRI Dorang-874. Kapal perang ini sehari-hari bertugas memperkuat pengamanan kawasan perairan Maluku yang berbatasan dengan negara tetangga, seperti Australia dan Timor Leste. Di atas kapal itu, Wapres disambut Panglima Komando Armada III Laksamana Muda Agus Hariadi, Danlanal Ternate Kolonel Marinir Ridwan Azis, dan Komandan KRI Dorang Mayor Laut (P) Ardita Yudha Prawira.

Editor:
MADINA NUSRAT
Bagikan