logo Kompas.id
β€Ί
Politik & Hukumβ€ΊBeban Berganda Anak Narapidana...
Iklan

Beban Berganda Anak Narapidana Terorisme

Selain berhadapan dengan persoalan psikologis, anak-anak narapidana terorisme juga berhadapan dengan persoalan ekonomi. Mereka harus berhadapan dengan stigma yang dapat mempersulit kembali hidup di masyarakat.

Oleh
KURNIA YUNITA RAHAYU, NIKOLAUS HARBOWO
Β· 1 menit baca
Warga dari berbagai latar belakang keyakinan berdoa bersama dengan menyalakan lilin saat berlangsung Refleksi Peristiwa Iman 13 Mei 2018 di Gereja Katolik Santa Maria Tak Bercela, Surabaya, Senin (13/5/2019). Tepat setahun yang lalu gereja tersebut merupakan satu dari tiga gereja yang menjadi sasaran bom oleh teroris. Selain berdoa untuk para korban tewas, kegiatan tersebut juga untuk memanjatkan doa kepada Tuhan agar peristiwa bom tidak terjadi lagi.
KOMPAS/BAHANA PATRIA GUPTA

Warga dari berbagai latar belakang keyakinan berdoa bersama dengan menyalakan lilin saat berlangsung Refleksi Peristiwa Iman 13 Mei 2018 di Gereja Katolik Santa Maria Tak Bercela, Surabaya, Senin (13/5/2019). Tepat setahun yang lalu gereja tersebut merupakan satu dari tiga gereja yang menjadi sasaran bom oleh teroris. Selain berdoa untuk para korban tewas, kegiatan tersebut juga untuk memanjatkan doa kepada Tuhan agar peristiwa bom tidak terjadi lagi.

JAKARTA, KOMPAS β€” Anak-anak narapidana terorisme memikul beban berganda. Tak hanya berjibaku hidup tanpa orangtua, sebagian dari mereka juga mengalami stigmatisasi sehingga kesulitan membaur ke dalam masyarakat.

Di satu sisi, rehabilitasi oleh negara belum optimal. Di sisi lain, tanpa penanganan memadai, pengalaman terpapar ideologi ekstrem dan trauma psikologis dapat mendorong mereka menjadi pelaku terorisme.

Editor:
ANTONY LEE
Bagikan