Satu Meja The Forum
Bharada E dan Rasa Keadilan di Masyarakat
Richard Eliezer dituntur hukuman 12 tahun. Namun, ia mengungkap kebohongan Ferdy Sambo, yang menyuruh menembak. Kini, rasa keadilan telah disuarakan. Tinggal menunggu putusan hakim memenuhi rasa keadilan di masyarakat.
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2023%2F02%2F09%2Fad8fdbc7-437a-420e-a2df-9359a5e28c2f_png.jpg)
Tangkapan layar acara Satu Meja The Forum bertajuk "Mengapa Eliezer Harus Dibela?", yang disiarkan Kompas TV, Rabu (8/02/2023) malam. Dalam acara yang dipandu Wakil Pemimpin Umum Harian Kompas Budiman Tanuredjo tersebut, hadir sebagai narasumber, yakni praktisi hukum senior yang juga menjadi salah satu inisiator Aliansi Akademisi Indonesia Todung Mulya Lubis, pengajar hukum pidana di Universitas Trisakti Albert Aries; Wakil Ketua Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) Edwin Partogi; Anggota Komisi III DPR dari Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Trimedya Panjaitan; serta Hakim Agung periode 2004-2013
Nasib Bharada E alias Richard Eliezer Pudihang Lumiu kini di tangan majelis hakim. Sebab, jaksa tidak bergeming dan tetap pada tuntutannya, yakni 12 tahun penjara. Richard pun gundah karena kejujurannya berbuah tuntutan 12 tahun penjara.
Banyak pihak menilai tuntutan jaksa terhadap Richard terlampau berat. Keberaniannya mengungkap kasus penembakan Brigadir J atau Nofriansyah Yosua Hutabarat-- dan berhasil membongkar skenario tembak-menembak yang direncanakan sang atasan, Inspektur Jenderal Ferdy Sambo-- dinilai banyak kalangan mesti diganjar dengan pidana yang ringan, tidak seperti tuntutan jaksa.
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi di halaman 3 dengan judul "Bharada E dan Rasa Keadilan di Masyarakat".
Baca Epaper Kompas