PERTAHANAN NEGARA
Ancaman terhadap Postur Pertahanan RI akibat Perang Rusia-Ukraina
Perang Rusia-Ukraina berakibat langsung pada kekuatan pertahanan Indonesia. Tidak saja kekurangan senjata, pesawat tempur Sukhoi terancam tak bisa dioperasionalkan.
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2019%2F10%2F29%2F1164fa45-b687-40c3-9aa5-85bd6d8dee65_jpg.jpg)
Menteri Pertahanan Prabowo Subianto melakukan inspeksi pasukan dalam upacara penyambutan serah terima jabatan Menteri Pertahanan dari pejabat sebelumnya, Ryamizard Ryacudu, kepada Prabowo Subianto di Kementerian Pertahanan, Jakarta, Kamis (24/10/2019).
Menteri Pertahanan Prabowo Subianto menemui Menteri Keuangan Sri Mulyani pada Kamis (7/4/2022) dan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, Jumat (8/4/2022). Bisa diduga, sebagian pembicaraan mereka terkait serangan Rusia ke Ukraina yang juga membuat postur pertahanan Indonesia babak belur.
Pasca-embargo senjata di pengujung Orde Baru, Indonesia berupaya untuk tidak tergantung sepenuhnya pada AS dan sekutunya. Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI) mencatat tahun 1980-2000, lima besar dari 17 importir senjata adalah Jerman, Inggris, AS, Belanda, dan Perancis yang memasok 87,5 persen impor senjata ke Indonesia. Tahun 2001-2021 terlihat ada perubahan, yaitu lima besar importir dari 26 negara adalah Korea Selatan, Rusia, Belanda, AS, dan Inggris yang memasok 69,3 persen.
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi di halaman 1 dengan judul "Efek Perang ke Postur Pertahanan RI".
Baca Epaper Kompas