Keadilan Sosial Jadi Muara dalam Ber-Pancasila
Selama ini ada kecenderungan pemaknaan Pancasila itu tunggal, seolah-olah milik negara dan pemerintah saja. Di titik ini, dunia akademis dinilai dapat jadi penyeimbang terhadap hegemoni pemaknaan Pancasila oleh negara.
Jepang memiliki bushido. Amerika Serikat mempunyai American Dream. China pun menyebut dirinya Chung-kuo, pusat dunia atau negeri pusat. Nilai-nilai itu mampu mengantar bangsa-bangsa tersebut maju. Hal sama semestinya juga terjadi di Indonesia yang sudah merdeka lebih dari tiga perempat abad dan memiliki falsafah atau nilai luar biasa, yaitu Pancasila.
Bagaimana, dari mana, dan ke mana tujuan akhir kita dalam ber-Pancasila? Kesemuanya itu dibincangkan dalam diskusi publik lewat Twitter Spaces Forum Ekonomi Politik Didik J Rachbini dengan tema โCak Nur, Pancasila, dan Indonesia yang Adilโ, Jumat (14/1/2022) malam. Diskusi digelar dalam rangka Dies Natalis Ke-24 Universitas Paramadina dan niatan untuk mendalami kajian tentang Pancasila.