logo Kompas.id
β€Ί
Politik & Hukumβ€ΊPahit Manis Sikap Antikorupsi
Iklan

Pahit Manis Sikap Antikorupsi

Sikap antikorupsi menjadi barang mewah di tengah korupsi yang seolah telah menjadi budaya. Terlebih sikap antikorupsi tak melulu diapresiasi, banyak pula yang justru dirundung malang.

Oleh
NIKOLAUS HARBOWO
Β· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/vU6mgyx-7O390D5yCG5qzarCvhU=/1024x683/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2021%2F12%2F22f65e92-066b-4a9f-8dc6-d7d2c373bf28_jpg.jpg
Kompas/Heru Sri Kumoro

Aktivis antikorupsi dari sejumlah organisasi menggelar aksi teatrikal menyerukan perlawanan terhadap korupsi di depan Gedung Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Jakarta, Rabu (8/12/2021). Aksi ini juga sebagai refleksi jelang peringatan Hari Antikorupsi Sedunia pada 9 Desember.

Penghasilan rendah tak meluruhkan niat mereka untuk menjauhi korupsi. Justru, berkat nilai kejujuran yang terus dipegang teguh, hal-hal baik terus mengalir dengan sendirinya. Namun, tak dimungkiri, banyak pula orang yang bersikap antikorupsi justru dirundung malang. Imbas dari pimpinannya yang justru berlomba-lomba melakukan korupsi.

Halimah (36), petugas kebersihan Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, tetiba dipanggil oleh General Manajer dan Direktur Operasi PT Angkasa Pura Solusi, November lalu. Ia khawatir dan bingung dengan tujuan pemanggilan itu. Namun, setelah keluar dari ruangan, wajahnya semringah. Ia diangkat menjadi supervisor petugas keamanan.

Editor:
Antonius Ponco Anggoro
Bagikan