logo Kompas.id
Politik & HukumMenguji Kembali Kekuatan...
Iklan

Menguji Kembali Kekuatan ”Sukarelawan”

Sukarelawan politik bisa tumbuh subur karena peran parpol melemah dalam proses pemilihan langsung. Parpol cenderung hanya berperan memberikan tiket karena mesin partai dalam pemenangan sering kali tidak maksimal.

Oleh
IQBAL BASYARI
· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/GNtMB66H5Il4ZYJgJ_TBIXoZm_g=/1024x428/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2018%2F01%2Fkompas_tark_7518943_12_0.jpeg
Kompas

Capres nomor urut 2, Joko Widodo, bersama pendukungnya mengacungkan salam dua jari saat mengikuti deklarasi Satgas Anti Pilpres Curang di Lapangan Parkir Timur Senayan, Jakarta, Kamis (26/6). Ribuan simpatisan itu datang dari berbagai jaringan sukarelawan di Indonesia.

Pilkada DKI Jakarta 2012 menjadi awal tonggak kehadiran sukarelawan politik. Salah satu kandidat saat itu, Joko Widodo-Basuki Tjahaja Purnama, mendapat dukungan dari Jokowi Ahok Social Media Volunteers atau dikenal dengan sebutan Jasmev. Setahun berselang, gerakan sukarelawan kembali muncul pada Pilgub Jawa Tengah 2013. Pasangan calon gubernur Ganjar Pranowo-Heru Sudjatmoko didukung oleh Relawan Garuda.

Kehadiran sukarelawan pun berlanjut pada kontestasi Pemilihan Presiden 2014. Dua kandidat saat itu, Jokowi-Jusuf Kalla dan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa masing-masing mendapat dukungan dari kelompok sukarelawan. Sejak saat itu, sukarelawan politik hampir tak pernah absen dalam pilkada dan pilpres, termasuk sukarelawan pada Pilpres 2019 yang mendukung pasangan calon Jokowi-Ma'ruf Amin dan Prabowo-Sandiaga Uno.

Editor:
Madina Nusrat
Bagikan