Hoegeng, Legenda dan Masa Depan
Kesederhanaan, kejujuran, dan sikap tak kenal kompromi dipraktikkan Hoegeng Iman Santoso di setiap jabatan yang diembannya. Tak luruh meski rezim berganti. Keteladanannya harus terus digaungkan.
Suatu hari pada dekade 1960-an, Presiden Soekarno memanggil Hoegeng Iman Santoso, Menteri Iuran Negara (1964-1966), ke Istana Merdeka, Jakarta. Presiden pertama Republik Indonesia itu menyampaikan bahwa salah satu istrinya hendak mengimpor sejumlah barang untuk keperluan pembangunan rumah yang di kemudian hari dikenal dengan nama Wisma Yaso, Jakarta. Harapannya, barang-barang yang dimaksud bisa masuk dari luar negeri dengan proses birokrasi yang tidak berbelit serta berbiaya murah.
Untuk memenuhi keinginan itu, kata Hoegeng, ada dua cara yang bisa dilakukan oleh Bung Besar. Pertama, membuat surat perintah kepadanya agar proses impor barang bisa dilakukan secara mudah dan bebas pajak. Kedua, buatlah surat ke DPR untuk mengubah undang-undang agar aturan memasukkan barang dari luar negeri tidak dikenakan biaya.