logo Kompas.id
โ€บ
Politik & Hukumโ€บMemaknai NU dan Kontestasi...
Iklan

Memaknai NU dan Kontestasi Internal Organisasi Kaum Nahdliyin

NU akan menggelar muktamar pada 23-25 Desember 2021. Forum tertinggi organisasi Nahdliyin itu diharapkan tak hanya menghasilkan ketua umum, tetapi juga rumusan bagaimana membawa NU menjadi organisasi maju dan modern.

Oleh
Rini Kustiasih
ยท 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/mtp-bHi09J4pHH_7J1Mq4f1aNy4=/1024x576/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2020%2F01%2F7b6bb1fb-ad4f-435c-893c-5da230d4314f_jpg.jpg
Kompas/Wawan H Prabowo

Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Said Aqil Siroj (tengah) didampingi Sekretaris Jenderal PBNU Helmy Faishal Zaini dan Ketua Tanfidziyah PBNU Robikin Emhas membacakan refleksi akhir tahun 2020 dan harapan 2021, Selasa (29/12/2020)

Kontestasi di tubuh Nahdlatul Ulama tak kalah menarik dibandingkan dengan kontestasi politik. Sebagai organisasi kemasyarakatan Islam terbesar di Tanah Air, Nahdlatul Ulama juga memiliki sisi-sisi politik yang kuat dalam sejarahnya. Namun, kontestasi dalam tubuh NU sebenarnya adalah perjuangan mewujudkan kemaslahatan bagi umat dan bangsa.

Sejarah bangsa pun mencatat NU pernah mendudukkan seorang presiden di Republik Indonesia. Adalah KH Abdurrahman Wahid, nahdliyin โ€tulenโ€, yang pertama kali menjabat sebagai presiden.  Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, tidak hanya petinggi NU di struktural, tetapi juga secara kultural lahir dari rahim NU. Kakeknya, KH Hasyim Asyโ€™ari adalah pendiri NU. Gus Dur pun besar dalam tradisi pesantren yang kental.

Editor:
Anita Yossihara
Bagikan