50 Tahun CSIS Menganak Zaman di Geliat Bangsa
Capaian CSIS 50 tahun ini, menurut para pendirinya, Harry dan Jusuf, adalah berkah Tuhan yang luar biasa. Di sana-sini ditemui kekurangan, tetapi semua diatasi dengan berbagai pendekatan baru yang sesuai dengan zaman.
”Sebagai lembaga kajian berorientasi kebijakan, Centre for Strategic and International Studies telah melangkah mengikuti arah zaman bersama bangsanya. Sempat ikut mendesain kebijakan politik Orde Baru di masa-masa awal, hingga akhirnya ”dijauhi” Orba, dan kini bersama elemen masyarakat lainnya mengawal konsolidasi demokrasi, CSIS menunjukkan daya lentingnya selama 50 tahun terakhir untuk terus relevan dengan zaman yang bergerak.
Suatu hari di bulan Maret, 1983, Sarwono Kusumaatmadja sedang merokok di salah satu sudut ruangan di gedung CSIS, di Tanah Abang. Di dalam ruangan itu, beberapa orang berkumpul dengan Benny Moerdani sebagai pusatnya. Benny yang ketika itu adalah perwira militer yang menjabat Asisten Intelijen Panglima Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) mengemukakan suatu pendapat bahwa sudah waktunya Golkar, partai berkuasa saat itu, untuk tidak lagi bergantung pada tentara dan birokrasi. Golkar harus menjadi organisasi yang makin lama makin berciri sipil.