Penanganan Terorisme Perlu Lebih Sensitif Jender
Anggapan bahwa selama ini lelaki lebih suka kekerasan ketimbang perempuan dinilai tidak sepenuhnya benar. Pakar terorisme menyebutkan, di sejumlah kasus, perempuan justru lebih keras pendiriannya ketimbang laki-laki.
JAKARTA, KOMPAS — Peningkatan pesat jumlah perempuan teroris, baik yang terlibat aksi teror maupun ditahan Densus 88, disoroti banyak pihak. Dibutuhkan riset atau kajian ilmiah mengenai apa yang mendorong perempuan terlibat dalam aksi kekerasan. Negara juga diharapkan lebih sensitif jender dalam menyelesaikan masalah radikalisme dan terorisme.
Hal itu mengemuka dalam diskusi publik ”Perempuan, Terorisme, dan Maskulinitas” yang digelar Sekolah Ilmu Lingkungan (SIL) dan Sekolah Kajian Stratejik dan Global (SKSG) Universitas Indonesia, Jumat (2/4/2021). Keterlibatan perempuan dalam kekerasan terlihat dalam dua serangan teror yang terjadi baru-baru ini.