logo Kompas.id
›
Politik & Hukum›Mereka Berjibaku Mencari Kotak...
Iklan

Mereka Berjibaku Mencari Kotak Hitam

Penyelam-penyelam TNI Angkatan Laut berjibaku di kedalaman laut untuk menemukan kotak hitam pesawat Sriwijaya Air yang jatuh di perairan Kepulauan Seribu. Upaya mereka juga ditopang kerja banyak pihak.

Oleh
PRAYOGI DWI SULISTYO
· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/iDtvCu6xbaJiFYhczSpdK_6s3sc=/1024x576/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2021%2F01%2F909732c8-ac19-490a-bd0b-f84b35dcbcdd_jpg.jpg
KOMPAS/PRAYOGI DWI SULISTYO

Penyelam TNI AL bersiap melakukan penyelaman di lokasi jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ-182 dengan nomor registrasi PK-CLC, Rabu (13/1/2021), di Kepulauan Seribu, DKI Jakarta. Mereka berusaha mencari jasad korban, potongan badan pesawat, dan cockpit voice recorder atau CVR yang belum ditemukan.

Kelasi Satu Windi Putu Ruswaka Sandiago duduk di atas Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) Rigel, Rabu (13/1/2021) siang. Tubuh  penyelam Divisi I Dinas Penyelamatan Bawah Air Komando Armada I atau yang dikenal dengan Dislambair Koarmada I itu tampak menggigil dan wajahnya pucat setelah menyelam di kedalaman 25 meter untuk mencari korban, potongan badan pesawat, dan perekam suara di kokpit (cockpit voice recorder/CVR) pesawat Sriwijaya Air. Pesawat SJ-182  rute Jakarta-Pontianak itu  jatuh tak lama setelah bertolak dari Bandara Soekarno-Hatta, 9 Januari 2021.

KRI Rigel berada di perairan sekitar 30 menit perjalanan dari Pantai Tanjung Kait, Tangerang, Banten. Pantai Tanjung Kait berjarak sekitar 35 kilometer dari Bandara Soekarno-Hatta. Saat itu, angin berembus cukup kencang. Meskipun gerimis dan mendung, terik matahari tetap terasa di kulit. Gelombang setinggi 1 hingga 2,5 meter membuat kapal itu berayun. Bagi orang-orang yang tak terbiasa  menaiki kapal laut, ayunan itu membuat perut terasa mual.

Editor:
Antony Lee
Bagikan