logo Kompas.id
Politik & HukumCalon Tunggal Bajak Demokrasi
Iklan

Calon Tunggal Bajak Demokrasi

Kecenderungan pragmatisme politik tampak dengan semakin banyaknya jumlah pasangan bakal calon tunggal di pilkada pada 9 Desember mendatang dibandingkan pilkada-pilkada sebelumnya. Tren kenaikannya cukup signifikan.

Oleh
EREN MARSYUKRILLA (LITBANG KOMPAS)
· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/qt_a-ZAZvVpPP8w-uxMrtVC_In0=/1024x683/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2020%2F02%2FDSCF7857_1582811481.jpg
KOMPAS/KELVIN HIANUSA

Anggota Komisi X Dewan Perwakilan Rakyat, Illiza Sa’aduddin Djamal, menjadi calon tunggal ketua umum dengan dukungan 24 dari total 32 pengurus provinsi.

Maraknya fenomena calon tunggal dalam pilkada menjadi sinyal ada upaya menghindari proses kontestasi dalam berdemokrasi. Gejala pragmatisme lebih mengemuka dibandingkan harus melalui tahapan demokrasi yang tak selalu mudah.

Kecenderungan pragmatisme politik tampak dengan semakin banyaknya jumlah pasangan bakal calon tunggal dalam pilkada yang akan digelar 9 Desember mendatang dibandingkan pilkada-pilkada sebelumnya. Ada tren kenaikan yang signifikan dari pasangan calon tunggal ini. Litbang Kompas mencatat, berdasarkan data Komisi Pemilihan Umum per 10 September, terdapat 713 pasangan bakal calon yang mendaftar. Dari jumlah itu, ada 28 pasangan bakal calon tunggal yang nanti akan berlaga ”melawan” kotak kosong.

Editor:
suhartono
Bagikan