logo Kompas.id
Politik & HukumKorupsi, dari Dulu hingga Kini
Iklan

Korupsi, dari Dulu hingga Kini

Sastra telah lama dipakai sebagai ”senjata” untuk menggambarkan dan melawan korupsi. Sekalipun bentuknya fiksi, praktik korupsi yang digambarkan diyakini sebagai kebenaran. Karena itu, korupsi harus dicegah jadi budaya.

Oleh
DIAN DEWI PURNAMASARI
· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/f5Z0zdMxv79ml5ppo1Sk9YlCm6o=/1024x576/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2020%2F04%2F20200412kum101_1586835772.jpg
KOMPAS/HERU SRI KUMORO

Warga melintas di depan mural dan tulisan yang menyoal maraknya korupsi di Benda, Kota Tangerang, Banten, Minggu (12/4/2020). Maraknya aksi korupsi dianggap sebagai penyakit bukan sebagai budaya. Tema korupsi menjadi salah satu kondisi yang banyak mendapat respon masyarakat dalam bentuk mural dan tulisan-tulisan di dinding-dinding kota.

Sejumlah karya sastra bertemakan korupsi sejak era penjajahan Belanda menunjukkan korupsi sudah lama ada dan masih lestari hingga kini. Mungkinkah korupsi diberantas?

Sastra telah lama digunakan sebagai ”senjata” untuk menggambarkan sekaligus upaya melawan korupsi. Sekalipun bentuknya fiksi, praktik korupsi yang digambarkan diyakini sebagai kebenaran pada masanya.

Editor:
suhartono
Bagikan