logo Kompas.id
β€Ί
Politik & Hukumβ€ΊKasus Belva dan Andi Taufan...
Iklan

Kasus Belva dan Andi Taufan Gerus Citra Stafsus Presiden

Berdasarkan riset Institute for Development of Economics and Finance (Indef) pada periode 7-17 April 2020 di media sosial Twitter, sebesar 94,97 persen perbincangan tentang kiprah Stafsus Presiden bernada negatif.

Oleh
NIKOLAUS HARBOWO
Β· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/JWU-kUdEH7vov0fpNd4g-pA4aM0=/1024x768/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2019%2F11%2FBD3101E6-A96F-42A3-8880-BF182AB1F32E_1574342987.jpeg
KOMPAS/NINA SUSILO

Presiden Joko Widodo berfoto bersama ketujuh staf khusus barunya di beranda Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (21/11/2019) sore. Dengan tambahan tujuh staf khusus ini, Presiden memiliki 14 staf khusus. Beberapa staf lainnya membantu Presiden sejak periode sebelum ini.

JAKARTA, KOMPAS β€” Citra Staf Khusus atau Stafsus Presiden terjun bebas menjadi sangat negatif sejak pertama kali kasus Andi Taufan Garuda Putra muncul di ruang publik, kemudian diikuti kasus Adamas Belva Devara. Ini harus jadi pelajaran pemerintah. Pengisian posisi stafsus harus mempertimbangkan kapasitas dan kemampuan, bukan bernuansa sensasi.

Berdasarkan riset Institute for Development of Economics and Finance (Indef) pada periode 7-17 April 2020 di media sosial Twitter, sebesar 94,97 persen perbincangan terhadap kiprah Stafsus Presiden bernada negatif. Sisanya, hanya 5,03 persen positif.

Editor:
Antonius Ponco Anggoro
Bagikan