logo Kompas.id
โ€บ
Politik & Hukumโ€บPintu Terbuka dari Laweyan
Iklan

Pintu Terbuka dari Laweyan

Oleh
Rini Kustiasih dan Antony Lee
ยท 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/94_U8sjlic1o92HLL7vnqz_tbnU=/1024x576/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2018%2F10%2F20181027_SAREKAT-ISLAM_A_web_1540636786.jpg
KOMPAS/RINI KUSTIASIH

Para pengrajin di Laweyan, Solo, Jawa Tengah, sedang mengerjakan batik bertuliskan ayat Al-Quran di rumah Alpha Pabela Priyatmono, Ketua Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan, Selasa (4/9/2018). Dalam perjalanan sejarah bangsa ini, Laweyan tak bisa dilepaskan dari kemunculan Sarekat Dagang Islam yang menjadi cikal bakal dari Sarekat Islam, organisasi politik pertama di Tanah Air yang memperjuangkan pemerintahan sendiri dari kolonial Belanda.

โ€...Penindasan selalu melahirkan adanya kelompok kecil dari kalangan minoritas kreatif. Kelompok kecil tersebut tampil menjadi kelompok pemimpin mayoritas suatu bangsa dan memotivasi terbentuknya integritas suatu bangsa.โ€ (Arnold J Toynbee dalam A Study of History)

Jejak Laweyan sebagai benih dan pemantik pergerakan nasional sekilas tak terlihat  apabila kita menginjakkan kaki di sana. Rumah-rumah megah bergaya indies dan sebagian besar lagi masih bergaya Jawa dikelilingi tembok-tembok tinggi bercat putih. Umumnya pintu gerbang terbuka. Namun, beberapa rumah masih tertutup dan menyisakan ruang pamer berdinding kaca yang memamerkan koleksi batiknya. Rumah-rumah besar di gang-gang sempit yang hanya bisa dilewati  dua sepeda motor.

Editor:
Bagikan