logo Kompas.id
β€Ί
Paparan Topikβ€ΊStunting di Indonesia: Data,...
Iklan

Stunting di Indonesia: Data, Penyebab, dan Langkah Intervensinya

Nilai prevalensi stunting suatu negara sangat penting diperhatikan sebab dapat mencerminkan kondisi gizi generasi penerus. Stunting dapat menghambat pertumbuhan ekonomi dan menurunkan produktivitas pasar kerja.

Oleh
Vincentius Gitiyarko
Β· 1 menit baca
Ibu memberi makan bayinya dengan bubur sehat saat peluncuran Gebyar Lomba Balita Sehat di Halaman Balaikota Surabaya, Jawa Timur, Rabu (26/1/2022). Lomba yang akan berlangsung selama satu bulan untuk mewujudkan Kota Surabaya EMAS (Eleminasi Masalah Stunting). Selain melihat kondisi kesehatan dari anak, juga dilihat bagaimana ibu menyiapkan makanan pendamping yang bergizi.
KOMPAS/BAHANA PATRIA GUPTA

Ibu memberi makan bayinya dengan bubur sehat saat peluncuran Gebyar Lomba Balita Sehat di Halaman Balaikota Surabaya, Jawa Timur, Rabu (26/1/2022). Lomba yang akan berlangsung selama satu bulan untuk mewujudkan Kota Surabaya EMAS (Eleminasi Masalah Stunting). Selain melihat kondisi kesehatan dari anak, juga dilihat bagaimana ibu menyiapkan makanan pendamping yang bergizi.

Stunting adalah kondisi gagal tumbuh yang terjadi pada anak berusia di bawah lima tahun (balita). Kondisi ini disebabkan oleh kekurangan gizi kronis sehingga anak terlalu pendek untuk usianya. Kekurangan gizi tersebut dapat terjadi sejak bayi masih berada dalam kandungan hingga masa awal setelah bayi lahir. Namun kondisi stunting baru dapat dilihat ketika anak berusia dua tahun.

Kementerian kesehatan mendefinisikan anak balita dengan nilai z-score kurang dari -2SD (standar deviasi) sebagai stunted atau balita pendek. Sementara balita dengan nilai z-score kurang dari -3SD termasuk dalam kelompok severely stunted atau balita sangat pendek. Hal ini diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2020 tentang Standar Antropometri Anak.

Editor:
Topan Yuniarto
Bagikan