logo Kompas.id
›
Opini›Solichah
Iklan

UDAR RASA

Solichah

Ia juga membuktikan bahwa perempuan dapat menjadi pemimpin yang berdaya dan berpengaruh.

Oleh
ALISSA WAHID
· 1 menit baca
Alissa Wahid
HERYUNANTO

Alissa Wahid

Tanggal 29-30 Juli 1994, ribuan orang memadati kediaman Nyai Solichah Wahid Hasyim di Jakarta, memberikan penghormatan terakhir sebelum jenazah almarhumah diberangkatkan ke Jombang untuk dimakamkan. Demikian juga, puluhan ribu orang memadati dua pesantren kediaman Nyai Solichah di Jombang, di pesantren ayahnya di Denanyar dan di pesantren mertuanya di Tebuireng.

Saya, yang masih mahasiswa saat itu, memahami bahwa Nyai Solichah adalah seorang tokoh bangsa. Namun, tak urung saya bertanya-tanya bagaimana seorang perempuan dapat memunculkan penghormatan yang luar biasa besar. Jenazahnya dilepas oleh Menteri Agama RI, dihadiri oleh petinggi negara, politisi, keluarga besar DPR/MPR, kiai dan nyai di lingkungan NU, dan tak terbilang masyarakat tanpa jabatan mentereng yang juga mencintainya.

Editor:
DAHONO FITRIANTO
Bagikan

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi di halaman 10 dengan judul "Solichah".

Baca Epaper Kompas
Terjadi galat saat memproses permintaan.
Memuat data...
Memuat data...