Otak, Pikiran, dan Peradaban
Sweeney dengan cerdik memberi tawaran kepada pembaca guna memahami kompleksitas keberadaan otak dengan konsep permainan.
Pada empat paragraf menuju penutupan pidato kebudayaannya di Dewan Kesenian Jakarta yang berjudul ”Percakapan dengan Semesta” di 10 November 2015, budayawan Nirwan Ahmad Arsuka menyinggung akan otak. Ia menulis, ”Otak memang cenderung mencari kesimpulan yang menenteramkan, tak peduli jika kesimpulan itu tak berdasar, dan ampuh hanya untuk mengecoh diri dengan alarm intelegensi: jika sebuah fatwa atau kesimpulan terasa menyenangkan, maka mungkin saja ia keliru.”
Pernyataan tersebut tampak makin relevan guna menelaah realitas dengan mengaitkan pada keberadaan otak. Realitas tersebut tak lain adalah meruyaknya teknologi digital dengan kompleksitas yang terjadi. Salah satu pertaruhannya adalah kesangsian terhadap otak, apakah keberadaannya mampu terus digunakan untuk berpikir, atau pada akhirnya hanya sebatas hanyut dalam kerumunan yang ada di dunia digital?