catatan urban
Memori ”Bis Tumpuk” dan Musim Semi Naik Bus Kota
Kebijakan motorisasi berlebihan selama lebih dari lima dekade membuat bus kota dan "bis tumpuk" mati suri.
![Neli Triana, Wartawan <i>Kompas</i>](https://assetd.kompas.id/pVZOwCfci8OxDAgBRohgQeRA2Mc=/1024x575/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2023%2F03%2F05%2F80b574f3-a340-469c-813e-b79571f406df_jpg.jpg)
Neli Triana, Wartawan Kompas
Pulang sekolah naik bis tumpuk. Jalannya tenang, tidak lambat, tetapi juga tidak mengebut. Di dalam bus kondisinya bersih dan tidak berdesakan. Begitu masuk bus segera naik tangga ke lantai atas. Di tempat duduk terdepan, jendela kaca menawarkan pemandangan Kota Solo, siang bolong itu.
Kenangan tersebut terpatri di benak warga Solo atau Kota Surakarta di Jawa Tengah meskipun sudah lebih dari dua dekade berlalu. Bus double decker atau orang Solo menyebutkan bis tumpuk itu membuka memori tentang angkutan perkotaan yang pernah merajai jalanan banyak kota di Indonesia.
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi di halaman 4 dengan judul "Memori ”Bis Tumpuk” dan Musim Semi Naik Bus Kota ".
Baca Epaper Kompas