Bahasa
Caringin ke Batupensil
Perubahan toponim (nama tempat) kadang terjadi tanpa mempertimbangkan tradisi dan nilai lokal. Bagaimana sebaiknya?

Banyak makna terselubung pada nama-nama suatu daerah.
Boleh saja William Shakespeare mengabaikan arti sebuah nama. Nama hanyalah nama, penanda manasuka (arbitrer) yang disematkan oleh manusia terhadap sesuatu. Jati diri yang sebenarnya bukan pada nama, melainkan pada apa yang ada dalam diri.
Itu kata Shakespeare, tetapi tidak demikian dengan T Bachtiar, ahli geografi, penjelajah, dan penulis, yang sangat peduli pada arti sebuah nama berkaitan dengan toponimi. Jangan sembarangan mengganti nama suatu daerah, katanya. Banyak makna terselubung dalam nama-nama itu yang merefleksikan budaya, sejarah, kearifan lokal, kondisi sosial, serta kondisi dan fenomena alam.
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi di halaman 5 dengan judul "Caringin ke Batupensil".
Baca Epaper Kompas