Robohnya Lumbung Padi Kami
Gelebeg dan jineng, dalam bahasa Bali menunjuk pada wujud arsitektural yang sama, tetapi memiliki fungsi yang berbeda.
Mungkin aku terlalu naif jika mengajakmu masuk kembali ke lumbung padi. Sebab sejarah lumbung sudah lama musnah seiring orientasi bertani yang berubah drastis sejak tahun 1970-an. Bertani padi tidak lagi untuk hidup mandiri, tetapi semata-mata menggenjot produksi agar negara merasa aman. Petani boleh banting-tulang di sawah, yang penting negara tidak terancam kekacauan, yang mungkin terjadi karena kekurangan pangan.
Beberapa kali kuucapkan dalam forum ini tentang pepatah tua berbunyi:โBagai tikus mati di lumbung padiโ. Masih ingat? Semoga pepatah ini tidak turut musnah seiring robohnya lumbung padi para petani. Sampai awal tahun 1980-an, di kampungku di Desa Lelateng, Jembrana, Bali, masih mudah menemukan lumbung padi. Meski begitu, fungsinya tidak lagi sebagai penyimpan padi, tetapi hanya tempat kongkow-kongkow para anggota keluarga. Sebutannya pun tidak lagi gelebeg, tetapi berubah menjadi jineng.