Udar Rasa
Ah, ke Mana Sang Waktu
Turki memang aneh. Meskipun banyak orang Indonesia merujuk ke budaya Turki, sikap orang Turki terhadap pengaruh asing amat bertolak belakang dengan Indonesia.
![Jean Couteau, Penulis Udar Rasa](https://assetd.kompas.id/AUmfkAvc19YYENkq8_fIFCWTjqA=/1024x576/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2023%2F01%2F13%2Fc27cad2d-a85d-499d-b7b1-8efa1dbc3da3_jpg.jpg)
Jean Couteau, Penulis Udar Rasa
Saya tidak tahu apakah hal ini pernah/sering terjadi pada Anda: merasa diri sangat pintar, ujung-ujungnya mendadak menyadari diri sendiri bodoh. Hal ini benar-benar terjadi pada saya yang sejatinya merasa cukup kosmopolit, bisa berbahasa macam-macam, menyadari masalah kemiskinan penduduk Niger seperti masalah kekayaan penduduk Menteng di Jakarta.
Namun, kemarin pagi, yaitu tanggal satu Januari, saya betul-betul kelabakan, dan merasa bodoh. Pikirkanlah! Tanggal satu, ”kita” ”biasanya” mengucapkan ”selamat Tahun Baru” dan dibalas dengan kalimat serupa. Maka, ketika cucu saya Nur, yang saya sedang kunjungi di Ankara, Turki, keluar dari kamarnya, saya langsung menyapa: ”Happy New Year, Nur!”.
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi di halaman 10 dengan judul "Ah, ke Mana Sang Waktu".
Baca Epaper Kompas