logo Kompas.id
OpiniParadoks Kecerdasan Buatan...
Iklan

Paradoks Kecerdasan Buatan dalam Bisnis

Integrasi AI yang bertanggung jawab memerlukan langkah-langkah proaktif untuk meminimalkan konsekuensi negatif.

Oleh
ZAINAL ARIFIN
· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/oIw3oPSeCJuMIPNxdpNXOtrhnMc=/1024x576/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2022%2F07%2F14%2F20c1be6c-eac0-47ed-b99b-fbab37946acf_jpg.jpg

Pada terbitan September lalu, majalah Time menampilkan 100 orang paling berpengaruh di bidang kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI). Di antara tokoh yang dibahas adalah CEO OpenAI Sam Altman, yang mungkin merupakan orang paling berpengaruh di bidang AI saat ini. Tokoh di dalam TIME100 AI lainnya adalah Sneha Revanur, gadis berusia 18 tahun yang memimpin Encode Justice, sebuah gerakan anak muda yang fokus pada isu-isu etika terkait AI. Tak ketinggalan juga sang godfather AI, Geoffrey Hinton yang berusia 76 tahun.

Topik AI sudah beberapa kali jadi sampul muka majalah dua mingguan yang terbit pertama tanggal 3 Maret 1923 ini. Pada edisi Juni 2023, Time menampilkan judul provokatif ”End of Humanity” dengan gambar teks dari ChatGPT. Liputan itu dikecam banyak pihak sebagai berita palsu: ”Bukan hanya sangat tidak akurat, tetapi berbahaya”. Sebagian menganggap editor Time berlebih-lebihan dalam mengekspose AI. Beberapa kritikus secara sinis menyatakan bahwa ancaman bencana yang disebabkan oleh AI belum muncul secara terbuka kecuali dalam film seperti Avengers: Age of Ultron.

Editor:
ANDREAS MARYOTO
Bagikan