Tergantung pada Pasar
Di Pasar Tenten Lelateng, aku tak hanya menemukan transaksi dalam pengertian ekonomi, tetapi telah lama menjadi simpul persilangan budaya antarkelompok-kelompok etnis di Indonesia.
Hidup kami tak pernah jauh dari pasar. Saat aku kanak-kanak, di jalan tanah yang tepat membentang di depan rumah kami, terdapat pasar pagi. Seingatku pasar ini sering kali disebut pekenan tenten, sejenis pasar kaget di wilayah urban. Mata dagangan yang paling banyak dijajakan di pasar ini berupa hasil bumi dan produk-produk usaha kecil rakyat. Selain bisa menemukan sayuran yang kini langka seperti semanggi dan gondo atau buah kuwista (kawista) dan asem badung, kami bisa menemukan hasil kerajinan rakyat. Biasanya di sini dijual juga tikar pandan berduri dan timba dari pucuk pohon ibus (sejenis palem).
Pasar Tenten Lelateng, demikian nama yang aku kenang dari pasar ini, hanya beroperasi dari pukul 04.00 sampai pukul 09.00. Selewat itu, jalanan kembali dibuka untuk menghubungkan desa kami dengan Desa Baluk yang terletak di seberang persawahan. Oh ya, Desa Baluk hanya berjarak tak lebih dari 3 kilometer dari rumah kami dan telah lama menjadi pemasok utama kebutuhan sehari-hari rakyat.