logo Kompas.id
OpiniGuru Belum Merdeka dalam Puisi...
Iklan

Guru Belum Merdeka dalam Puisi Jokpin

Puisi-puisi Jokpin sejatinya sedang ”mengolok” guru. Satu pesan penting Jokpin: "kita tak akan bisa membayar jasa guru".

Oleh
ST KARTONO
· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/9i2Xf3E_h7iPLrLHnZZ4DY9IKcI=/1024x576/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2023%2F11%2F25%2F39bd843e-2d38-453e-8e46-9576480f7531_jpg.jpg

Terkabar penyair Joko Pinurbo atau yang akrab disapa Jokpin tengah terbaring di Rumah Sakit Panti Rapih, Yogyakarta. Kondisi Joko Pinurbo relatif stabil meski masih harus memakai alat bantu pernapasan (Kompas.id, 13/11/2023). Meskipun hanya dari balik kaca pembatas ruang perawatan intensif, penulis menyempatkan menengoknya di satu sore tempo hari. Dalam rangka Hari Guru Nasional pada 25 November tahun ini, penulis sebagai guru berkepentingan mengulik puisi-puisi Jokpin yang menyematkan kata ”guru”.

Jokpin yang berlatar pendidikan keguruan di IKIP Sanata Dharma (kini Universitas Sanata Dharma), bahkan sempat menjadi pendidik untuk para calon guru di almamaternya itu, tentu fasih mengartikulasikan guru dengan segenap persoalannya. Puisi Jokpin, sebagai produk masyarakat, hanya dapat dimengerti kalau dikaitkan dengan masyarakatnya.

Editor:
YOVITA ARIKA
Bagikan