logo Kompas.id
OpiniMenggugah Nalar Kritis Publik ...
Iklan

Menggugah Nalar Kritis Publik di Tengah Anomali Demokrasi

Belum ada rumus baku yang linear dalam menjelaskan dinamika politik di Indonesia. Namun, kita perlu bertanya, apakah semua dinamika yang terjadi itu untuk kepentingan rakyat atau elitis ”orang-orang besar” semata?

Oleh
GALANG GERALDY
· 0 menit baca
Ilustrasi
SUPRIYANTO

Ilustrasi

Eskalasi jagat politik nasional belum selesai dibuat ”takjub” dengan masuknya PKB ke dalam koalisi perubahan serta tokoh sentralnya, Muhaimin Iskandar atau Cak Imin sebagai bakal calon wakil presiden Anies Baswedan, publik dibuat tersentak dengan bergabungnya Kaesang Pangarep, anak bungsu Presiden Joko Widodo, ke Partai Solidaritas Indonesia (PSI). Bahkan, tidak lama kemudian, Kaesang didaulat menjadi ketua umum partai tersebut, bukan mengekor seperti keluarga pendahulunya di PDI-P seperti dalam aturan AD/ART kepartaian atau setidaknya memulai kaderisasi partai dari dasar sebagaimana teori kelembagaan partai.

Ada apa ini? Skenario politik apa ini? Gejala politik apa ini? Fenomena demokrasi macam apa ini? Dan, untuk kepentingan apa dan siapa?

Editor:
YOVITA ARIKA
Bagikan