logo Kompas.id
β€Ί
Opiniβ€ΊAgama Digital: Redefinisi Cara...
Iklan

Agama Digital: Redefinisi Cara Kita Beragama

Digitalisasi telah menjadi bagian inklusif di dalam cara beragama kontemporer. Diperlukan kerangka kerja teologis untuk memberikan batasan dan sejauh mana digitalisasi itu dipergunakan di ruang beragama.

Oleh
SONNY ELI ZALUCHU
Β· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/5ZCw3TM3fH3Vr9Vd7vkv2h5VMqQ=/1024x576/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2023%2F07%2F10%2Faf928a12-98c0-4512-aa28-37f1f2f19157_jpg.jpg

Salah satu ketakutan agama arus utama (mainstream) ketika digitalisasi telah menjadi arus besar di ruang ibadah adalah bagaimana memberi penjelasan terhadap ritus dan ritual agama konvensional secara digital. Pertanyaan lain yang sejenis adalah apakah kita dapat menjadikan ruang digital sebagai sebuah sacred-place? Apakah kita dapat menggantikan ruang fisik konvensional yang selama ini menjadi ruang tumbuh bersama di dalam iman dan komunitas sehingga wajah kemanusiaan kita menjadi semakin baik di dalam peradaban?

Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut selalu menjadi perdebatan baik di kalangan ahli komunikasi, pakar internet, sosiolog, dan terlebih kalangan teolog. Pada akhirnya semua pertanyaan itu akan menuntun kepada problem dikotomis, mana dari agama yang dapat didigitalkan dan mana ya tidak.

Editor:
YOVITA ARIKA
Bagikan