ANALISIS BUDAYA
Kepercayaan
Kepercayaan pada dasarnya terpaut dengan obyek kepercayaan itu. Dalam hal spirit reformasi, misalnya, sulit mengukuhkan kepercayaan pada institusi politik jika lembaga-lembaga tersebut sukar diandalkan.

Saras Dewi
Pergerakan 1998 bagaikan hari-hari yang tidak pernah berakhir. Setidaknya itu memori saya kala hari demi hari dilalui di posko berdiskusi, bekerja sama antarelemen masyarakat; pelajar, mahasiswa, buruh, guru, dan siapa pun yang percaya pada cita-cita bersama yang disebut sebagai reformasi. Dua puluh lima tahun sudah berlalu, tanpa disadari waktu melintasi sekejap mata, tetapi pertanyaan yang muncul sudahkah perubahan-perubahan yang berarti terjadi mengikuti semangat reformasi?
Refleksi ini membayangi perjalanan saya memenuhi undangan untuk menghadiri Simposium Budaya di Weimar, Jerman. Kultursymposium Weimar adalah kegiatan yang diprakarsai oleh Goethe-Institut dalam rangka mendorong percakapan antarbudaya menyikapi kondisi global yang bergulat dengan pascapandemi, kesenjangan dan krisis iklim. Simposium tersebut mengusung pembahasan tentang kepercayaan, khususnya kepercayaan masyarakat terhadap struktur politik ataupun kepercayaan antarindividu dalam mengupayakan kerja sama untuk menghadapi berbagai problem-problem; sosial, ekologi, dan ekonomi.
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi di halaman 1 dengan judul "Kepercayaan".
Baca Epaper Kompas