Menjaga Asa Petani Menghadapi El Nino
Fenomena iklim ekstrem dampak El Nino menyimpan bahaya laten terhadap resiliensi pertanian ke depan. Ancaman gagal panen di depan mata. Informasi yang akurat dan tepat waktu dapat membantu langkah mitigasi petani.
Nelayan Amerika Latin menyematkan nama El Nino atau Sang Putra Kecil untuk fenomena unik menghangatnya suhu muka air di Samudra Pasifik. Fenomena iklim ini memicu kemarau yang lebih panjang di Indonesia. Sistem peringatan dini Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO), Global Information and Early Warning System on Food and Agriculture (GIEWS), memprediksi kondisi kering di Indonesia berlangsung dari Juni 2023 hingga Januari 2024.
Penurunan curah hujan diperparah dengan kemunculan Indian Ocean Dipole (IPD) positif, menghangatnya muka air barat Samudra Hindia, yang diperkirakan muncul sepanjang Juni-September 2023. Kombinasi keduanya berpotensi menurunkan curah hujan secara ekstrem hingga 200 milimeter (mm) per bulan dan dapat berdampak kepada pertumbuhan produksi padi lebih dari minus lima persen.