Mudik ke Kampung Reformasi
Seperti perantau yang mudik (pulang kampung), politik kita tampaknya juga perlu mudik ke kampung halamannya yang bernama ”kampung reformasi”. Ini untuk mengingat kembali tentang apa yang telah kita tulis dan janjikan.
Mudik bukan hanya tentang pulang. Akan tetapi, juga tentang bagaimana kita mengingat kembali: siapa dan untuk apa kita? Dari mana, ke mana, dan sudah sampai di mana kita? Singkat kata, mudik adalah momentum bagi kita semua untuk melakukan evaluasi menyeluruh terhadap apa yang telah kita lakukan dalam perjalanan panjang kita.
Jika pemaknaan seperti itu dapat kita terima, menurut penulis, dengan mencermati berbagai peristiwa sosial-kebangsaan mutakhir, tampaknya bukan kita saja yang perlu mudik, melainkan praktik politik kita pun tampaknya juga butuh mudik; pulang ke kampung reformasi, mengevaluasi diri dan merenungi perjalanan panjangnya selama dua dekade lebih.