logo Kompas.id
β€Ί
Opiniβ€ΊFenomena ChatGPT
Iklan

Fenomena ChatGPT

Selayaknya negara hadir mengkaji, terutama terkait aspek negatif pemanfaatan ChatGPT. Mulai muncul kekhawatiran dari beberapa negara bahwa kehadiran ChatGPT bisa menjadi bumerang bagi eksistensi kehidupan manusia.

Oleh
Budi Sartono Soetiardjo
Β· 1 menit baca
Pemanfaatan aplikasi berbasis kecerdasan buatan (Artificial intelligence/AI), ChatGPT, di sebuah kantor di Jakarta, Selasa (7/3/2023). ChatGPT adalah chatbot AI berupa model bahasa generatif yang menggunakan teknologi transformer untuk memprediksi probabilitas kalimat atau kata berikutnya dalam suatu percakapan ataupun perintah teks. Kompas/Hendra A Setyawan (HAS)
KOMPAS/HENDRA A SETYAWAN (HAS)

Pemanfaatan aplikasi berbasis kecerdasan buatan (Artificial intelligence/AI), ChatGPT, di sebuah kantor di Jakarta, Selasa (7/3/2023). ChatGPT adalah chatbot AI berupa model bahasa generatif yang menggunakan teknologi transformer untuk memprediksi probabilitas kalimat atau kata berikutnya dalam suatu percakapan ataupun perintah teks. Kompas/Hendra A Setyawan (HAS)

Demam ChatGPT merebak ke seantero pelosok dunia sejak diluncurkan pertama kali pada 30 November 2022. Menurut catatan UBS, sebuah perusahaan finansial Swiss, pengguna ChatGPT per akhir Januari 2023 telah mencapai 100 juta orang, dengan jumlah pengguna setiap bulan sekitar 13 juta orang.

Produk teknologi kecerdasan buatan itu telah membius dunia dan mulai merambah ke Indonesia. ChatGPT-Chatbot menawarkan berbagai kemudahan, dengan segala plus-minusnya. Ada potensi ancaman terhadap pemanfaatan ChatGPT, seperti keamanan data pribadi dan penyalahgunaan.

Editor:
AGNES ARISTIARINI
Bagikan