Analisis Ekonomi
Dogma Kurva Phillips dan Pelajaran SVB
Indonesia punya keterpaparan kecil terhadap SVB. Jikapun ada, dampak dalam jangka pendek adalah melalui nilai tukar. Meski demikian, kewaspadaan tetap harus ditingkatkan dengan terus mencermati berbagai indikator.

Pedagang di bursa saham New York, Amerika Serikat, mengamati pernyataan Gubernur Bank Sentral AS (The Federal Reserve) Jerome Powell dalam konferensi pers setelah mengumumkan suku bunga acuan The Fed di New York, 1 Februari 2023.
Kurva Phillips adalah visualisasi hubungan terbalik antara pengangguran dan inflasi yang ditemukan oleh Phillips (1958) serta disempurnakan oleh Samuelson dan Solow (1960). Konsep ini kemudian digunakan sebagai pegangan kebijakan moneter bank sentral Amerika Serikat atau The Fed.
Jika perekonomian mengalami resesi, dilakukan kebijakan yang ekspansif. Sebaliknya, jika inflasi terlalu tinggi (overheating), perekonomian perlu diresesikan dengan menaikkan suku bunga acuan. Friedman (1967) dan Phelps (1968) kemudian berpendapat, otoritas moneter tidak dapat menggunakan begitu saja trade-off dalam kurva Phillips untuk mengelola perekonomian.
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi di halaman 1 dengan judul "Dogma Kurva Phillips dan Pelajaran SVB".
Baca Epaper Kompas