logo Kompas.id
OpiniDari Pahlawan Menjadi...
Iklan

Dari Pahlawan Menjadi Koloborator Penjajah (Tanggapan untuk Linda Christanty)

Inter-subyektivitas merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari penulisan sejarah. Namun, semua penulis sejarah tetap dituntut selalu akurat dengan data dan fakta sejarah.

Oleh
BAMBANG PURWANTO
· 0 menit baca
-
HERYUNANTO

-

Tulisan Linda Christanty berjudul ”Muslihat Menaklukkan Timor” (Kompas, 17 Desember 2022) menarik perhatian. Tulisan itu tidak hanya mendekonstruksi seorang pahlawan nasional Indonesia, tetapi sekaligus empat orang yang telah diyakini sebagai pahlawan oleh penduduk Pulau Bangka. Anggur, anaknya Ba(h)rin, bersama dua cucunya, Amir dan Hamzah, dinyatakan sebagai pengkhianat berdasarkan ”memori hidup, memori kolektif, dan fakta sejarah rakyat Bangka melawan kolonialisme Barat dan kebiadaban bajak laut di Pulau Bangka”.

Artikel itu menyatakan ”Anggur dan Barin mengkhianati negaranya dan rakyat Bangka dengan menjadi sekutu musuh yang menginvasi Pulau Bangka” ketika Bangka masih merupakan bagian dari Kesultanan Palembang. Ketika dikaitkan dengan kekuasaan kolonial Belanda di Pulau Timor, artikel menyatakan Amir dan adiknya Hamzah ”menjadi kolaborator setia Belanda”. Ketika berstatus sebagai eksil, Amir dan Hamzah membantu Belanda menangkap Baki Kooi atau Bakikooi, seorang ”pejuang hebat anti-kolonial Belanda di Pulau Timor”. Lebih lanjut ditegaskan, ”Amir dan Hamzah menaati teladan ayahnya, Barin, sampai akhir hayat sebagai abdi setia Belanda”.

Editor:
MOHAMMAD HILMI FAIQ
Bagikan