logo Kompas.id
›
Opini›Kue Lapis Sincia
Iklan

Kue Lapis Sincia

Seperti camilan Imlek, sejatinya Tionghoa Indonesia berlapis-lapis. Begitu beranekanya Tionghoa Indonesia, beberapa teman Tionghoa saya tetap pusing soal beda adat saat pernikahan atau kedukaan.

Oleh
Lynda Ibrahim
· 1 menit baca
Ilustrasi
HERYUNANTO

Ilustrasi

Salah satu teman saya, Rinauli, lulusan Sastra China UI. Walaupun kemudian berkarier di bidang lain, Rinauli tetap meminati budaya China. Bersamanya saya pernah mengunjungi Petak Sembilan Jakarta, Semarang, dan Manado saat Imlek atau Sincia, di mana saya banyak belajar simbolisasi di balik warna, patung qilin, ukiran klenteng, dan bahkan makanan.

Pada pagi hari Imlek di Manado, Imlek terakhir sebelum pandemi, ilmu saya bertambah. Rinauli menyodori saya sepotong kue lapis legit untuk sarapan. Ternyata, dalam tradisi Tionghoa Indonesia, berlapisnya kue itu menggambarkan lapisan keberuntungan di tahun baru—diangkat selapis demi selapis, tiada habis-habis. Pantas salah satu antaran Imlek terpopuler adalah kue lapis.

Editor:
MOHAMMAD HILMI FAIQ
Bagikan