Ekonomi Global
Sinyal Resesi Dangkal di AS
Modal perekonomian dalam negeri untuk bertahan dari resesi adalah kinerja pertumbuhan tahun 2022 yang sangat baik di sektor-sektor berbasis mobilitas.

Perdagangan di bursa efek New York, NYSE, pada 26 Agustus 2022 di New York, Amerika Serikat.
Pekan lalu, Managing Director Dana Moneter Internasional (IMF) Kristalina Georgieva menyatakan, sepertiga dunia akan mengalami resesi di tahun 2023. Penyebabnya, konflik Rusia-Ukraina yang masih berlangsung, tingginya harga komoditas, resurgensi Covid-19 di China, dan tingkat bunga di Amerika Serikat yang lebih tinggi.
Lokomotif perekonomian dunia, yaitu AS, Eropa dan China, akan mengalami perlambatan. Negara-negara lain yang tidak mengalami resesi akan merasakan dampaknya melalui rantai pasokan global dalam bentuk perlambatan ekspor dan/atau kenaikan biaya impor. Pernyataan dari IMF di atas disambut oleh pasar minyak dunia dengan anjloknya harga minyak West Texas Intermediate (WTI) dari sekitar 80 dollar ke 73 dollar AS per barel.
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi di halaman 1 dengan judul "Sinyal Resesi Dangkal di AS".
Baca Epaper Kompas