logo Kompas.id
OpiniGalungan Serba Pertama: Ritus ...
Iklan

Galungan Serba Pertama: Ritus Jadi Dewasa dan Menua

Seperti kata pepatah, ”air selalu mengalir ke tempat yang lebih rendah sebelum akhirnya menuju asal mulanya”.

Oleh
PUTU FAJAR ARCANA
· 2 menit baca
Putu Fajar Arcana
ILHAM KHOIRI

Putu Fajar Arcana

Barangkali ini Galungan pertama setelah kami sama-sama dewasa dan juga menjadi tua. Padahal, pertemuan hari berdasarkan penanggalan Hindu-Bali antara Buda, Kliwon, dan Dungulan (Rabu, Kliwon, dan wuku Dungulan) selalu akan terjadi setiap enam bulan sekali. Itu artinya, kami telah melewatkan banyak sekali kesempatan untuk pulang kampung, berjumpa orang tua, para saudara, tetangga dari masa lalu; dan terutama memberi hormat dengan bersembahyang di Pura Merajan, sebagai tempat suci keluarga untuk memuja Tuhan, para dewa, dan leluhur. Aku tidak ingat persis, kapan terakhir anak bungsuku pulang kampung tepat di hari raya Galungan, seperti hari ini, Rabu (4/1/2023), karena tiba-tiba ia sudah hampir berusia 20 tahun. Sementara si sulung sudah melebihi 26 tahun! Meme Ratu.... Ya Tuhan, maafkan kelancangan kami ini.

Sebagai perantau, sebagian besar waktu merayakan Galungan kami lakukan di perantauan; sering kali di Jakarta dan Tangerang Selatan, beberapa waktu di Malang, Surabaya, dan kemudian Yogyakarta. Bahkan, sebagai jurnalis terkadang aku merayakan Galungan sendirian dalam perjalanan ke kota-kota di Tanah Air, juga beberapa kali berada di kota asing dan negeri asing, nun jauh di sana. Sebagai sesama orang Indonesia, coba dehpelan-pelan kita rasakan kembali, jika harus merayakan hari raya sendirian, jauh dari sanak-saudara, jauh dari keceriaan, jauh pula dari suguhan kuliner khas yang hanya dibuat di hari suci itu.

Editor:
SARIE FEBRIANE
Bagikan