logo Kompas.id
OpiniPerbaikan Infrastruktur
Iklan

Perbaikan Infrastruktur

Saya pernah meneliti metabolisme sel kanker di ”Negeri Tirai Bambu” itu. Di sana, walaupun masih sebagai mahasiswa, kami mendapat fasilitas ”mewah”. Selain itu kami dibimbing profesor dan peneliti senior di bidang itu.

Oleh
Prillia Setiarini
· 1 menit baca
Muhammad Hanif dan Saifullah Ahmad siswa kelas VIII dari SMP Islam Terpadu Al Uswah Surabaya menunjukkan alat bernama “Strap” singkatan Sampah Plastik jadi Listrik dengan Peltier, Jumat (17/1/2020) pada pagelaran Al Irsyad Forum of Research and Experiment atau Airforce Fair 2020, di Purwokerto, Banyumas, Jawa Tengah.
WILIBRORDUS MEGANDIKA WICAKSONO

Muhammad Hanif dan Saifullah Ahmad siswa kelas VIII dari SMP Islam Terpadu Al Uswah Surabaya menunjukkan alat bernama “Strap” singkatan Sampah Plastik jadi Listrik dengan Peltier, Jumat (17/1/2020) pada pagelaran Al Irsyad Forum of Research and Experiment atau Airforce Fair 2020, di Purwokerto, Banyumas, Jawa Tengah.

Setelah membaca Surat kepada Redaksi ”Anak Indonesia Pintar-pintar” (Kompas, 15/12/2022), saya ingin berbagi pengalaman. Kebetulan saya pernah belajar di negeri China.

Pada surat pembaca tersebut, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) diminta agar menarik warga Indonesia lulusan luar negeri untuk pulang, menjadi pengajar atau peneliti di lembaga-lembaga ilmu pengetahuan.

Editor:
AGNES ARISTIARINI
Bagikan