Festival Film dan Kota: Merawat Ingatan, Mengimajinasikan Harapan
Mayoritas festival film di kota menjadi agensi kultural karena kemampuannya untuk menawarkan hal-hal alternatif. Agensi kultural yang demikian juga meneguhkan branding tempat tertentu hingga identitas kota itu sendiri.
Menjelang penghujung akhir tahun 2022, sejumlah kota kembali riuh dengan beragam pesta sinema. Dari Denpasar ke Jakarta hingga Yogyakarta, publik penonton film disuguhi serangkaian festival film yang menyapa khalayak secara langsung setelah dua tahun sebelumnya dilakukan secara daring. Kota-kota lain di berbagai wilayah pun menyusul untuk menggiatkan kembali perjumpaan fisik lewat ajang festival film.
Awal hingga tengah Oktober lalu, misalnya, Madani Film Festival dan Jakarta Film Week (JFW) digelar berdampingan waktu. Sebagian programnya diadakan dalam format kolaborasi kedua festival di lokasi yang sama, baik pemutaran film tertentu maupun sejumlah diskusi publik. Tidak lama kemudian, Jakarta Independent Film Festival (JIFF) juga hadir di awal November. Kali ini penyelenggara JIFF membuat festival dalam format bauran, mempertahankan program pemutaran daring dan mulai mengadakan program-program secara luring di Jakarta.