Pendidikan Tinggi yang Kita Dambakan
Pendidikan seharusnya menegaskan dan memperkaya kemampuan memikir kritis dan logis. Ini adalah etos yang hendak dikembangkan dan dihormati serta diakomodasi baik oleh sivitas akademika maupun mahasiwa.
Universitas adalah hasil karya abad pertengahan, peninggalan Roma dan Yunani. Walaupun kelihatannya aneh, tetapi benar, masyarakat Yunani dan Romawi purba tidak mengenal universitas dalam pengertian abad ke-21. Mereka memiliki balai pendidikan tinggi, tetapi tidak sinonim dengan universitas dan kelengkapannya.
Mahasiswa datang mencari guru, pembimbing. Instruksi pendidikan, umpama ilmu hukum, retorika, dan falsafah, walaupun berkadar tinggi tetapi tidak terstruktur dalam kelembagaan seperti fakultas atau jurusan. Pendito, misalnya Sokrates, mengajar dengan cara berdialog, tukar pikiran, sementara siswa bersimpuh di depannya. Kalau guru atau pendito utama puas dengan hasil dialog, maka pencari ilmu itu dipercaya untuk mandiri dan menumbuhkan pusat pemikiran baru. Legitimasi tidak ditandai dengan diploma, tetapi karakter pemilik kepercayaan yang memancarkan wibawa, kecakapan, dan wawasan pembaruan.