Kebangsaan
Berbahasa Tanpa Karakter
Membanjirnya praktik bahasa malin mengancam kesadaran berbahasa dan berbangsa. Praktik bahasa malin di masyarakat kopong karakter dan akal budi, ia pun menunjukkan laku liar, laku leceh, dan laku lancang dalam berbahasa.

ilustrasi
The area of thought, experience, and expressions that present-day Bahasa Indonesia can serve to communicate with subtlety, grace, and exactness ... is remarkable …. Nothing could be more misleading than to imagine contemporary Bahasa Indonesia as a kind of superimposed lingua franca, without an organic vitality of its own.
Anthony H Johns, 1963
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi di halaman 6 dengan judul "Berbahasa Tanpa Karakter".
Baca Epaper Kompas