Andaikan Indonesia Tanpa Frans Seda
Sulit membayangkan Indonesia yang ada saat ini tanpa apa yang pernah dilakukan Frans Seda. Banyak orang menyebutnya sebagai putra Flores yang membenahi keuangan Indonesia. Ia meninggalkan banyak artefak dan warisan.
Di tengah isu yang sengaja ditebar polisi rahasia Belanda di kalangan gereja Katolik di Flores tentang tokoh beraliran komunis-marxis yang tengah dibuang dan penolakan pimpinan sekolah, Soekarno tetap membulatkan tekad untuk mengunjungi sebuah sekolah Katolik.
Akhirnya pimpinan Sekolah Rakyat (Schakelschool) Ndao, Ende, menerima kunjungan Soekarno dengan hanya menyiapkan penyambutan sederhana. Seorang murid berusia sembilan tahun bertubuh kecil menyampaikan pidato sambutan dalam bahasa Belanda yang sempurna dengan isi yang berbobot. Soekarno yang berusia 30 tahun terkesan dengan anak yang kemudian diketahuinya merupakan anggota keluarga kapiten di Maumere.