logo Kompas.id
OpiniKorupsi Tak Berujung
Iklan

Korupsi Tak Berujung

Ibu pertiwi patut bersedih. Teriakan rakyat-rakyat jelata soal betapa berbahayanya korupsi tak didengar elite negeri. Korupsi terus saja terjadi. Kursi mahasiswa diperjualbelikan, keadilan diperdagangkan.

Oleh
BUDIMAN TANUREDJO
· 1 menit baca
Budiman Tanuredjo
KOMPAS/ILHAM KHOIRI

Budiman Tanuredjo

Judul itu saya ambil dari ”Surat Kepada Redaksi” di harian Kompas, Selasa, 13 September 2022. Surat itu ditulis Hadisudjono Sastrosatomo. Di kata penutup, Hadisudjono menulis, ”Tak terdengar suara elite negeri yang khawatir dengan masifnya korupsi. Padahal, korupsi itu berpotensi menghancurkan fondasi kebangsaan. Memperingati 77 tahun kemerdekaan sebaiknya memang jangan hanya menjadi slogan kosong dan keramaian sesaat pelipur lara.”

Virus korupsi terus saja menginfiltrasi fondasi-fondasi negeri. Setelah seorang rektor di Lampung ditangkap KPK karena memperjualbelikan kursi mahasiswa, setelah Gubernur Papua Lukas Enembe ditersangkakan karena diduga menerima gratifikasi, kini seorang hakim agung bernama Sudrajad Dimyati ditersangkakan KPK. Ia dituduh menerima suap dalam penanganan perkara. Sang hakim pun ditahan! Dalam kasus Lukas, Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan menemukan aliran transaksi mencurigakan yang diduga dilakukan Lukas berupa setoran 55 juta dollar Singapura atau Rp 560 miliar ke judi kasino.

Editor:
ANTONY LEE
Bagikan