Epos Hilali
Pada abad ke-14, ketika Epos Hilali mulai dinyanyikan para penyair di acara pernikahan atau khitanan, Sureq Galigo diperkirakan mulai ditulis dari bentuk lisannya.
Kadal gurun. Ejeken ini populer di Indonesia karena isu sektarian dan anti-Semit merebak dan menjadi mainan politikus. Kadal adalah reptil bersisik, sedangkan gurun yang dimaksud ejekan tersebut adalah gurun di Jazirah Arab, bukan di Australia atau di China. Kadal gurun sejati bernama Phrynosoma platyrhinos. Habitatnya di Amerika Utara sebelah barat. Saya tidak akan membicarakan kadal lebih detail, tetapi mengapresiasi gurun yang menumbuhkan sastra dunia. Epos Al-Sirah Al-Hilaliyyah diciptakan bangsa Bedouin atau Badawī atau Badui, yang dijuluki ”penghuni gurun” atau ”serigala gurun”. Epos yang juga dikenal sebagai Sirat Bani Hilal atau Taghribat Bani Hilal atau Epos Hilali adalah puisi lisan Bani Hilal, salah satu suku Badui. UNESCO menetapkan Epos Hilali sebagai Mahakarya Budaya Lisan dan Warisan Budaya Takbenda Kemanusiaan pada 2003 dan 2008.
Epos Hilali berlatar waktu abad ke-11. Epos ini mencakup empat bagian dengan setiap episode. Bagian pertama mengisahkan kelahiran Abū Zayd, tokoh utamanya, di Yaman, juga kelahiran tokoh-tokoh lain dan masa muda mereka. Di bagian ini para pemimpin Bani Hilal dibunuh musuh mereka. Bagian kedua, kelaparan dan kekeringan membuat Abū Zayd ditugaskan mencari tempat baru dan Bani Hilal pun eksodus ke Najd. Bagian ketiga, Bani Hilal kembali melakukan eksodus, kali ini dari Najd ke barat (taghribat) atau Afrika Utara. Dalam perjalanan ke barat, mereka melakukan banyak pertempuran. Bagian keempat, Bani Hilal berakhir tragis.