Berpikir, Berbangsa
UNESCO (2021) memasukkan perpecahan dalam masyarakat sebagai satu dari empat masalah global. Maka, menerapkan politik identitas untuk sekadar bisa berkuasa bukan keputusan bijaksana, karena bisa memantik perpecahan.
Berbangsa bukan urusan membanggakan harta warisan dari generasi pendahulu, melainkan merupakan sebuah pekerjaan nirakhir.
Ini adalah sebuah pekerjaan di dimensi akal untuk mewujudkan keterikatan antara satu generasi dengan generasi-generasi pendahulu serta penerusnya. Namun, bukan sebagai hukuman abadi seperti yang ditimpakan pada Sisyphus untuk mengusung bongkahan batu cadas ke puncak bukit, melainkan berbangsa merupakan kesadaran dari dalam diri berlandaskan akal untuk mengusung terus adicita kebangsaan itu menuju puncak zamannya.