Iklan
”Kebodohan yang Cerdas” Wong Cilik
Wong cilik Indonesia tidak membutuhkan hafalan dan pengetahuan untuk toleran. Rakyat kecil itu ”cerdas” justru karena ”bodoh” karena tidak mau mempagankan atau mengafirkan orang.
Di Indonesia, akibat agamaisasi pendidikan yang berlangsung sejak Orde Baru, di kalangan terdidik, agama cenderung mengambil bentuk formal, sarat dengan hafalan kitab-kitab suci.
Hal ini, tentu saja, dapat bermuara pada toleransi, tetapi kerap juga pada kebalikannya, menurut mood orang yang bersangkutan atau kadar pengertiannya atas kompleksitas agamanya. Alhasil, toleransi modern cenderung terlahir dari kecanggihan tafsir. ”Orang lain” diterima di dalam keberbedaannya.